Minggu kemarin mendampingi beberapa teman Management Trainee di suatu perusahaan, dan sempat mendiskusikan tantangan saat berhadapan dengan atasan. Beberapa teman mengungkap sulitnya berbicara dengan atasan, bahkan saat ingin menyampaikan usulan yang baik.
“Usulan saya tak pernah ditanggapi”, “Atasan tidak open-minded”, “Atasan tak mau tahu”, begitu beberapa komentar yang muncul.
Teman-teman ini, semuanya generasi milenial, yang ekspresif dan penuh dengan sudut pandang yang menarik. Ada saja pendapat yang ingin diungkap oleh mereka.
Saya pun pernah berada di situasi yang sama. Punya banyak ide, tetapi jangankan ditanggapi, didengar saja tidak oleh atasan.
Lewat bertahun-tahun pengalaman, akhirnya ketemu juga cara supaya pendapat dan ide yang dimiliki didengarkan oleh atasan. Tak selalu mudah, tapi bisa dipraktikan.
Atasan, seperti halnya orang pada umumnya, hanya mendengarkan orang yang dia kenal. Maka penting bagi kita untuk sering komunikasi dengan atasan, diskusi, ngobrol, dan tidak tiba-tiba muncul dengan “1.001 ide perbaikan perusahaan”. Selalu ada intro untuk setiap lagu. Demikian juga dalam sebuah pengajuan ide. Intro yang paling nyaman adalah saat kita sudah dikenal.
Berikutnya, tentu masalah reputasi atau track record. Atasan lebih mendengarkan saat kita punya track record bagus dalam perusahaan. Setiap pekerjaan kita terselesaikan, dan setiap tugas terpenuhi, itu track record yang oke. Tanpa adanya hal itu, kita hanya akan dikenal sebagai “orang yang pandai bicara, tapi tak bisa eksekusi.” Buntutnya, ide kita tak didengar.
Hal lain, tentu tentang konteks yang ada. Bicara bukan masalah konten atau isi saja, tetapi juga konteks yang menyertainya. Konten yang bagus, tetapi terlepas konteksnya, akan membuat ide atau usulan kita di-reject.
Di sini, saya dulu sering failed, karena hanya menomorsatukan konten, tetapi lupa membangun konteks.
Secara sederhana, konteks terdiri dari tempat, waktu, dan situasi. Kita perlu memahami ketiganya sebelum menyampaikan ide atau usulan. Saat atasan sedang sibuk meeting dengan direksi yang lain, tiba-tiba kita nyelonong dengan usulan yang tidak relevan, usulan kita gampang untuk ditolak. Saat manajemen sudah mempunyai tema cost reduction program, tapi program yang kita ajukan tidak ada sense untuk menghemat budget, usulan juga lebih gampang ditolak.
Maka, sebuah ide bukan saja berhenti pada ide yang bagus saja, tetapi perlu ada penyampai pesan yang tepat, juga menangkap konteks yang relevan.
Sukses untuk semua!
Untuk meningkatkan pembangan pertumbuhan soft skills yang optimal, Indra Dewanto yang merupakan Leadership & Business Coach menyediakan pelatihan secara offline ataupun online, info selengkapnya dapat di lihat di https://indradewanto.com/events/
Selain Online Training, Anda juga bisa memilih produk training lainnya, seperti:
Jangan lupa follow Intagram kami ya :). Semoga Bermanfaat