Salah kaprah di luar sana yang sering terjadi adalah menyamakan istilah team building dengan aktivitas outbond. Sehingga banyak klien, bahkan dari perusahaan-perusahaan besar, bila mengatakan, “Coach, saya butuh team building”, maka yang ada di kepala mereka adalah aktivitas outbond, arung jeram, flying fox, paint ball, dan semacamnya.
Tentu saja, semua aktivitas tersebut merupakan aktivitas team building, atau simulasi team building, saya pun sering melakukannya ke beberapa klien saya. Tetapi team building yang sebenarnya terjadi dalam kegiatan sehari-hari, baik kegiatan strategis maupun operasional.
Memahami hal ini membuat Anda mengerti bahwa team building terjadi bukan hanya saat di lapangan, di gunung, atau di pantai, dalam aktivitas outbond, tetapi lebih banyak terjadi di ruangan-ruangan kantor Anda, saat memberikan briefing, ketika meeting, saat melakukan koordinasi satu sama lain, ketika mengomunikasikan beberapa hal penting, dsb.
Salah satu pendekatan team building yang terkenal adalah pendekatan dari Bruce Tuckman. Tuckman menggambarkan lima tahapan team building, yaitu:
Sesuai namanya, adalah tahapan pembentukan tim. Form adalah wujud, bentuk, sosok, rupa, keadaaan, format, formasi. Di tahapan ini, sebagai leader Anda mulai mengenali anggota tim Anda, sementara masing-masing anggota tim pun mencoba saling mengenal satu sama lain. Secara formal, pembentukan tim ini bisa ditandai dengan upacara atau ritual tertentu, atau pemberian surat keputusan, informasi resmi atau yang lainnya. Hal tersebut penting, tetapi lebih penting lagi adalah bagaimana proses pembentukan tim itu terjadi secara nyata di lapangan. Sering terjadi, secara formal sebuah tim dibentuk secara rapi dan teratur, tetapi di lapangan ternyata anggota tim tidak mengenal satu sama lain. Atau bisa jadi anggota tim terpaksa masuk ke dalam sebuah tim tanpa tahu tujuan tim tersebut dibentuk.
Setelah melewati tahapan forming, maka tim mulai diberikan tugas dan tantangan. Di titik inilah, tahapan storming mulai terjadi. Beberapa anggota tim mungkin keberatan dengan tugas yang ada, yang lain bisa jadi merasa tantangan tersebut terlalu besar, sementara yang lain lagi mulai bingung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikan tugasnya.
Bahkan ketika tugas atau tantangan tersebut diterima, storming tetap bisa terjadi. Saat beberapa anggota tim saling salah paham terhadap tugas yang dikerjakan, storming terjadi. Ketika anggota tim gagal untuk berkomunikasi satu sama lain, storming juga terjadi.
Saat anggota tim mempunya semangat tinggi menyelesaikan tantangan, tetapi berbeda cara mencapainya, dan ribut karena tidak mencapai konsensus bersama, storming terjadi juga. Pendeknya, segala hal di tim tersebut dapat menjadi alasan terciptanya storming!
Hal penting untuk ditekankan di sini, storming adalah hal biasa dalam proses pembentukan tim. Storming adalah proses alamiah semata-mata. Apakah perusahaan besar atau kecil, organisasi profit ataupun non profit, anggota timnya banyak atau sedikit, storming akan selalu terjadi. Hanya saja, yang perlu dijaga adalah agar tahapan storming tersebut tidak berkepanjangan. Storming yang berkepanjangan, akan membuat semua anggota tim capek dan kehabisan stamina, serta tidak memiliki produktivitas.
Baca juga: Pengembangan Diri atau Soft Skills Merupakan Tanggung Jawab Setiap Orang
Tahap norming adalah tahapan saat Anda sebagai leader mulai memenangkan badai yang ada, dan mulai melakukan proses normalisasi. Norming dapat Anda capai ketika Anda mau turun ke bawah atau mau terjun ke lapangan, bertemu dengan anggota tim dan bertanya hal-hal yang menjadi kebutuhan, keinginan, dan harapan mereka.
Yang menarik dalam norming, bisa jadi tahapan ini akan memunculkan value-value yang baru dari tim Anda. Bisa jadi akan terbentuk norma-norma baru yang sebelumnya tidak ada. Bila sebelumnya tim tidak membutuhkan adanya komunikasi dan koordinasi ketat antar anggota tim, setelah adanya masalah miss-communication, bisa jadi kemudian tim memutuskan untuk memperbanyak komunikasi yang ada.
Setelah tahapan norming dilewati, masuklah tim ke dalam tahapan performing. Ketika value baru sudah dibentuk, terobosan sudah dibuat, atau komunikasi ditingkatkan, barulah tim dapat melanjutkan perjalanannya. Di tahap performing, tim mulai unjuk gigi dan menunjukkan kinerjanya. Performing berarti tim mulai dapat tampil di “panggung pertunjukan” dan memberikan prestasi hebat bagi perusahaan. Dalam performing, tim benar-benar dapat bekerja sebagai satu kesatuan tak terpisahkan. Anggota tim saling mengisi dan melengkapi satu sama lain. Mereka menjalankan perannya dengan maksimal, mengejar gol, mencapai target, bahkan melampauinya.
Tahapan adjourning, merupakan tahapan dimana tim dibubarkan. “Bubar”, bukan dalam artian negatif, tetapi dalam arti tim mendapatkan tugas atau tantangan yang baru. Tugas lama sudah diselesaikan dengan baik, sementara tugas baru menunggu. Tim lama bubar, dan tim baru dibentuk, bermakna juga tim kembali mengalami tahapan forming atau pembentukan tim.
Sebenarnya, dalam konteks riil, ketika tim selesai dalam kurun waktu tertentu, misalnya satu semester atau satu tahun, atau saat ada tambahan tugas yang baru (target sales dinaikkan, tim dipecah atau ditambah, dsb.) tim tersebut praktis “bubar”, dan berproses menjadi tim yang baru.
Untuk meningkatkan pembangan pertumbuhan soft skills yang optimal, Indra Dewanto yang merupakan Leadership & Business Coach menyediakan pelatihan secara offline ataupun online, info selengkapnya dapat di lihat di https://indradewanto.com/events/
Selain Online Training, Anda juga bisa memilih produk training lainnya, seperti:
Jangan lupa follow Intagram kami ya :). Semoga Bermanfaat