Komunikasi Persuasif dalam Sosialisasi Corporate Values
Bentuk komunikasi corporate values atau nilai-nilai perusahaan dapat di-install dalam ritual yang sering dijalankan oleh perusahaan, baik melalui briefing, pertemuan 5 menit, meeting rutin, ataupun sengaja diciptakan untuk membahas nilai-nilai perusahaan secara khusus, misalnya dalam bentuk training ataupun sosialisasi nilai-nilai perusahaan.
Idealnya, bentuk komunikasi tersebut tidak melulu bersifat one-way communication atau komunikasi satu arah, tetapi dapat berjalan dua arah berupa diskusi, obrolan singkat, maupun brainstorming tentang nilai-nilai perusahaan. Dengan demikian karyawan tidak hanya mendapatkan brainwash ataupun cuci otak, tetapi terbangun pola pikir dan kreativitasnya setelah memahami nilai-nilai perusahaan. Ketika pola pikir dan kreativitas mereka sudah terbangun, mereka akan lebih mudah untuk mengoperasionalkan ataupun mengimplementasikan nilai-nilai perusahaan dalam aktivitas sehari-hari.
Secara umum target dari komunikasi nilai-nilai perusahaan supaya karyawan menerima, menyetujui, dan bertindak atas dasar nilai-nilai tersebut. Pendek kata, supaya karyawan “membeli” ide atau gagasan tentang nilai-nilai perusahaan tersebut. Bentuk nyata dari pembelian tersebut adalah dipraktikannya nilai-nilai perusahaan dalam aktivitas keseharian.
Untuk bisa mencapai target ini, mau tidak mau change leader dan change agent perlu memiliki kemampuan persuasif untuk meyakinkan dan menggerakkan karyawan. Bahkan, bila ada beberapa karyawan yang masih resisten terhadap nilai-nilai tersebut, diharapkan mereka dapat berbalik arah dan memberikan dukungan.
Dalam hal membangun keterampilan komunikasi persuasif, setidaknya ada enam hal yang dapat dijadikan metode oleh change leader dan change agent. Enam hal tersebut mengadopsi pendekatan psikologi persuasif dari Robert Cialdini, yaitu :
- Otoritas
Orang akan lebih mudah dipersuasi bila yang melakukan persuasi terhadap dirinya memiliki otoritas. Otoritas di sini bukan saja berbicara tentang jabatan atau posisi di organisasi, tetapi bisa juga terkait dengan keahlian, pengalaman, maupun yang dipersepsikan orang banyak terhadap dirinya. Seseorang dengan jabatan manager akan lebih mudah melakukan persuasi terhadap karyawan di level staf, dibandingkan persuasi yang dilakukan oleh sesama staf. Demikian juga seseorang dengan jabatan direktur, lebih mudah melakukan persuasi terhadap staf dibandingkan dengan seorang manager.
Itulah sebabnya, dalam sosialisasi nilai-nilai perusahaan, perlu dipilih orang-orang yang tepat yang akan menjadi change leader dan change agent. Bila yang terpilih adalah orang-orang yang tidak cukup memiliki otoritas, baik otoritas jabatan, keahlian maupun pengalaman, maka sosialisasi tersebut akan berjalan alot dan tidak mudah.
- Kesukaan
Orang lebih mudah dipersuasi oleh orang lain yang dia sukai. Bila yang sebelumnya kita berbicara tentang otoritas, kali ini kita berbicara tentang kesukaan. Siapapun kita, lebih mudah dipersuasi oleh orang yang kita sukai. Meskipun, orang tersebut bisa jadi tidak punya jabatan lebih tinggi daripada kita, atau tidak punya keahlian tertentu, atau tidak punya pengalaman tertentu.
Untuk membuat proses sosialisasi nilai-nilai perusahaan menjadi lebih mudah dan cepat, maka orang-orang yang menjadi kelompok change leader dan change agent idealnya juga merupakan orang yang disukai banyak orang dan mempunyai banyak pengikut. Tentu saja, sangat jarang seseorang disukai 100% oleh setiap orang yang ada di perusahaan. Tetapi setidaknya, change leader atau change agent tersebut adalah orang-orang yang mempunyai hubungan baik dengan karyawan di perusahaan. Karena hubungan baik tersebut menjadi modal kuat untuk menumbuhkan kesukaan karyawan kepada mereka.
Selain itu, orang juga lebih gampang menerima masukan dari orang lain yang mempunyai hubungan baik dengannya.
- Timbal-Balik
Orang lebih mudah dipersuasi bila dia mendapatkan timbal-balik karena persetujuannya. Mereka dapat lebih mudah dipersuasi dan dipengaruhi, ketika mereka mendapatkan timbal-balik atas persetujuan yang mereka lakukan. Sifat timbal-balik tersebut bisa langsung atau tidak langsung, materi atau non materi, dan jangka pendek ataupun jangka panjang.
Dalam konteks sosialisai nilai-nilai perusahaan, tidak selalu karyawan yang resisten terhadap nilai-nilai tersebut adalah karyawan yang bermasalah, atau karyawan yang berniat mencari gara-gara. Sejauh pengalaman kami sebagai konsultan pengembangan budaya di berbagai perusahaan, sebagian besar penolakan tersebut karena karyawan tidak melihat dan merasakan timbal-balik atas adanya nilai-nilai perusahaan yang disosialisasikan.
Maka sangat penting bagi manajemen perusahaan, melalui change leader dan change agentnya, menunjukkan manfaat terbesar apa yang didapatkan oleh seluruh karyawan dengan menjalankan nilai-nilai perusahaan. Sedapat mungkin, narasi yang dibangun bukanlah karena hal ini keinginan pemimpin puncak atau manajemen. Narasi yang yang dibangun adalah adanya nilai-nilai tersebut memberikan banyak keuntungan bagi karyawan. Karena memang hal itu juga yang secara prinsip menjadi dorongan timbulnya nilai-nilai perusahaan.
- Konsensus
Orang lebih mudah dipersuasi jika ada “jumlah banyak” yang sudah menyetujui sebuah ide atau gagasan. Pengaruh sosial memberikan semacam pressure atau tekanan kepada orang tersebut. Dalam aktivitas bisnis, bila sebagian besar orang sudah menggunakan produk dengan merek A, maka orang-orang yang belum menggunakan produk tersebut lebih mudah diyakinkan karena adanya sejumlah besar orang yang sudah menggunakan. Manusia sering kali mematuhi norma sosial dalam kelompok mereka dan mengikuti pandangan mayoritas.
Sangat penting dalam sosialisasi nilai-nilai perusahaan, change leader maupun change agent menunjukkan sejumlah organisasi atau perusahaan besar yang sudah mempunyai nilai-nilai perusahaan yang kuat, sehingga membuat setiap karyawan mempunyai gambaran yang jelas pentingnya nilai-nilai tersebut mereka miliki.
- Konsistensi
Orang lebih mudah dipersuasi bila sebelumnya sudah membuat komitmen-komitmen kecil, yang kemudian berlajut kepada komitmen besar. Orang cenderung tetap konsisten dengan hal-hal yang telah mereka lakukan atau katakan di masa lalu. Hal ini karena setiap orang menyadari bahwa dirinya akan dihormati ketika mereka konsisten dalam tindakan, kata-kata, dan keyakinan. Maka saat dirinya sudah membuat komitmen kecil (misalnya menandatangani perjanjian atau sumpah jabatan), mereka akan cenderung mempertahankan konsistensi dengan tindakan atau keyakinan sebelumnya.
Selain itu, ketika seseorang sudah membuat komitmen kecil, hal itu akan menciptakan identitas yang kuat yang berhubungan dengan komitmen tersebut. Hal ini membuat mereka punya kemungkinan yang lebih besar untuk konsisten dengan komitmen mereka karena ingin mempertahankan identitas ini.
Untuk kepentingan sosialisasi nilai-nilai, bentuk komitmen kecil tersebut dapat berupa tanda tangan komitmen untuk melakukan nilai-nilai perusahaan, pengucapan yel-yel nilai-nilai, sharing tentan nilai-nilai, dsb.
- Kelangkaan
Orang lebih mudah dipersuasi bila sesuatu yang didapatkan merupakan hal yang langka atau sangat berharga. Dalam kehidupan sehari-hari, ketika kita menghadapi sesuatu yang terbatas atau langka, kita cenderung untuk mengambil tindakan terkait hal tersebut. Konsep kelangkaan dapat memotivasi orang untuk membeli produk, mengakses layanan, mengambil kesempatan maupun berinvestasi.
Sosialisasi nilai-nilai perusahaan dengan pendekatan kelangkaan dapat menjadi strategi yang efektif untuk memotivasi seluruh karyawan perusahaan. Pendekatan yang bisa dilakukan salah satunya adalah penekanan pada nilai-nilai perusahaan yang unik. Saat memperkenalkan nilai-nilai, change leader atau change agent memberikan penekanan pada keunikan nilai-nilai tersebut. Misalnya, dengan mengatakan bahwa nilai-nilai itu tidak umum di perusahaan lain pada industri sejenis. Atau menekankan bahwa nilai-nilai tersebut jarang dimiliki oleh perusahaan lain.
Pendekatan yang lain adalah kelangkaan dalam pengakuan. Dalam hal ini perusahaan dapat mengimplementasikan program penghargaan yang berfokus kepada karyawan yang secara konsisten menerapkan nilai-nilai perusahaan dalam keseharian mereka. Dan penghargaan ini tidak diberikan kepada banyak orang, tetapi hanya untuk satu atau dua karyawan saja dalam periode tertentu. Hal ini juga akan mendoron karyawan untuk bersaing dan berusaha lebih keras dalam memenuhi nilai-nilai perusahaan.
Dengan keterampilan persuasi tersebut, komunikasi nilai-nilai perusahaan yang dilakukan oleh change leader maupun change agent bukan saja bersifat informatif, melainkan dapat mempengaruhi, memotivasi dan menggerakkan karyawan perusahaan.
Penulis :
Indra Dewanto, MM
Business Coach & Culture Specialist
Untuk meningkatkan pembangan pertumbuhan soft skills yang optimal, Indra Dewanto yang merupakan Leadership & Business Coach menyediakan pelatihan secara offline ataupun online, info selengkapnya dapat di lihat di https://indradewanto.com/events/
Jangan lupa follow Instagram kami https://www.instagram.com/energipersona/